Membangkitkan Rib'i bin Amir abad ke-20

           Semasa pemerintahan khalifah Umar Al-Khattab, terjadinya Peperang Al-Qadisyah diantara pihak muslimin dan pihak parsi. Ketika itu, Saad bin Abi Waqqas menegetuai jentera muslimin manakala Parsi pula diketuai oleh Rustam. Saad Abi Waqqas menyahut seruan Nabi yg berbunyi:

“Sungguh sekelompok kaum muslimin atau mukminin akan menguasai gudang-gudang harta Kisra yang terdapat di istana Putih”. [Hadith Sahih Riwayat Imam Muslim]

  Begitu besar azam dan keimanan para sahabat terhadap apa yg dibawakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Berbalik kepada cerita Rib'i, beliau merupakan wakil ke-2 dari 3 wakil yg diutuskan oleh Saad kepada Rustam untuk berdialog. Maka Rib’i yang pada ketika itu masih berusia tiga puluhan tahun pun segera masuk menemui Rustam, penjahat dan panglima perang bangsa Parsi tersebut. Pegawai-pegawai Rustam telah menghiasi pertemuan itu dengan bantal-bantal yang disulam dengan benang emas serta permaidani-permaidani yang diperbuat dari sutera. Mereka mempertontonkan kepadanya pelbagai macam perhiasan berupa yaqut, permata-permata yang mahal dan perhiasan lain yang menyilaukan mata.

  Sementara Rustam memakai mahkota dan sedang duduk di atas ranjang yang terbut dari emas. Berbeda keadaannya dengan Rib’i. Beliau masuk dengan hanya mengenakan baju yang sangat sederhana, dengan pedang, perisai, dan kuda yang pendek. Rib’i masih tetap di atas kudanya hingga menginjak ujung permadani. Kemudian beliau turun serta mengikatkan kuda tersebut di sebagian bantal-bantal yang terhampar. Setelah itu beliau langsung masuk dengan senjata, baju besi, dan penutup kepalanya.

Mereka berkata,”Letakkan senjatamu!”

Beliau menjawab,”Aku tidak pernah berniat mendatangi kalian tetapi kalianlah yang mengundangku datang kemari. Jika kalian memerlukanku maka biarkan aku masuk dalam keadaan seperti ini. Jika tidak kalian izinkan, maka aku akan segera kembali.”

Rustam berkata,”Biarkan dia masuk.”

Maka Rib’i datang sambil bertongkat dengan tombaknya dalam keadaan posisi hujung tombak ke bawah sehingga bantal-bantal yang dilewatinya penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.

  Sebahagian riwayat menyatakan ketika Rustam melihat kuda Rib’i yang sangat kurus, pakaiannya yang compang-camping dan tombaknya yang tumpul, Rustam mentertawakannya dengan penuh ejekan dan berkata kepadanya; “Wahai Rib’i, kalian datang untuk membuka dunia ini dengan kuda yang kurus, tombak yang tumpul dan pakaian yang compang-camping ini?”

  Maka dengan lantang Rib’i mengatakan sebuah perkataan bagaikan sambaran petir, bahkan lebih dahsyat daripada sambaran petir. Rib’i berkata (bersamalah kita perhatikan baik-baik dan hayati sungguh-sungguh kata-kata ini): 


الله ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها، ومن جور الاديان إلى عدل الاسلام، فأرسلنا بدينه إلى خلقه لندعوهم إليه، فمن قبل ذلك قبلنا منه ورجعنا عنه، ومن أبى قاتلناه أبدا حتى نفضي إلى موعود الله.


 “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam. Maka Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka barangsiapa yang menerima hal tersebut, kami akan menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang dijanjikan Allah”

Mereka bertanya,”Apa yang dijanjikan Allah (kepada kalian)?”

Beliau menjawab,”Surga bagi siapa saja yang mati dalam memerangi orang-orang yang enggan dan kemenangan bagi yang hidup.

Rustam pun berkata,” Sungguh aku telah mendengar perkataan-perkataan kalian. Tetapi maukah kalian memberi tangguh perkara ini sehingga kami mempetimbangkannya dan kalian pun mempertimbangkannya?”

Beliau menjawab,”Ya, berapa lama waktu yang kalian sukai? sehari atau dua hari?”

Rustam menjawab,”Tidak, tetapi hingga kami menulis surat kepada para petinggi kami dan para pemimpin kaum kami.”

Maka beliau pun menjawab,”Rasul kami tidak pernah mengajarkan kepada kami untuk menangguhkan peperangan semenjak bertemu musuh lebih dari tiga (hari). Maka pertimbangkanlah perkaramu dan mereka, dan pilihlah satu dari tiga pilihan apabila masa penangguhan telah berakhir.”

Rustam bertanya,”Apakah kamu pemimpin mereka?”

Beliau menjawab,”Tidak, tetapi kaum muslimin ibarat jasad yang satu. Yang paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap yang paling tinggi.”

Maka (akhirnya) Rustam mengumpulkan para pegawai tertinggi kaumnya kemudian berkata; “Pernahkah kalian melihat (walau sekali) yang lebih mulia dan lebih benar dari perkataan lelaki ini?”

Mereka menjawab; “Kami minta perlindungan Tuhan (supaya engkau tidak) terpengaruh kepada sesuatu dari (ajakan) ini dan dari menyeru agamamu kepada (agama) anjing ini. Tidakkah engkau melihat kepada pakaiannya?”

Rustam menjawab; “Celaka kalian! Janganlah kalian melihat kepada pakaian. Akan tetapi lihatlah kepada pendapat, perkataan, dan jalan hidupnya! Sesungguhnya mereka menganggap ringan masalah pakaian dan makanan. Tetapi mereka menjaga harga diri mereka.”


  Maka kedua-dua pihak ini memilih untuk berperang. Dengan izin Allah s.w.t, kemenangan Berpihak kepada kaum muslimin. Keimanan dan juga ketaqwaan merupakan precursor kepada kemenangan orang-orang islam. Benarlah janji Rasulullah kepada sahabat-sahabat dan Allah juga tidak mengecewakan hamba-hambanya yg berjanji dengan-Nya. 

"Katakanlah Muhammad, "Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam." [Al-An'am: 162]

"Oleh itu, bersabarlah (wahai Muhammad), sesungguhnya janji Allah itu benar; dan janganlah orang-orang yang tidak meyakini apa yang engkau sampaikan itu menjadikan engkau resah gelisah." [Ar-Rum: 60]


Bangkitlah mujahid bangkitlah
Rapatkan barisan rapatkan
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan
Gentarkan musuhmu gentarkan
Takkan pernah usai pertarungan
Hingga ajal kan menjelang

Hindarkan rasa takut dan gentar
Walau ragakan meregang nyawa
Kerana Allah telah janjikan syurga
Untukmu mujahid setia

[Mujahid Setia: Shoutul Harakah]

Diadaptasi dari :
1. Buku Selagi Masih Muda karangan Dr. Aid Al-Qarni.